
Semangat
Pengertian Ruang Terbuka
Ruang terbuka (Open Space) merupakan ruang terbuka yang selalu terletak di luar
Menurut Lao Tze adalah bukan hanya sesuatu yang dibatasi secara fisik oleh lantai, dinding dan langit-langit, tetapi “kekosongan” yang terkandung di dalam bentuk pembatas ruang tadi (ITS, 1976 : 9).
Ruang terbuka ini terbentuk karena adanya kebutuhan akan perlunya tempat untuk bertemu atau berkomonikasi satu sama lain. Dalam satu kawasan permukiman baik yang tradisional maupun permukiman
Macam-macam Bentuk Ruang Terbuka
Ruang terbuka sebagai wadah kegiatan bersama, dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
(Hakim, 2003 : 50) :
1. Ruang Terbuka Umum, dapat diuraikan menjadi berikut :
· Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu terletak diluar
· Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang (warga)
· Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan (multi fungsi).
Contoh ruang terbuka umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza lapangan olahraga, taman
2. Ruang Terbuka Khusus, pengertiannya adalah sebagai berikt:
· Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak di luar
· Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan dipergunakan untuk keperluan khusus/ spesifik.
Contoh ruang terbuka khusus adalah taman rumah tinggal, taman lapangan upacara, daerah lapangan terbang, dan daerah untuk latihan kemiliteran.
Ruang terbuka ditinjau dari kegiatanya, menurut kegiatannya ruang terbuka terbagi atas dua jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif (Hakim, 2003 : 51) :
· Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka yang mempunyai unsur-unsur kegiatan didalamnya misalkan, bermain, olahraga, jala-jalan. Ruang terbuka ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi.
· Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak mengandung unsur-unsur kegiatan manusia misalkan, penghijauan tepian jalur jalan, penghijauan tepian rel kereta api, penghijauan tepian bantaran sungai, ataupun penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi sebagai keindahan visual dan fungsi ekologis belaka.
Fungsi Ruang Terbuka
Pada dasarnya fungsi ruang terbuka dapat dibedakan menjadi dua fungsi utama yaitu (Hakim, 2003 : 52) :
· Fungsi Sosial
Fungsi sosial dari ruang terbuka anatar lain:
a. tempat bermain dan berolahraga;
b. tempat bermain dan sarana olahraga;
c. tempat komunikasi sosial
d. tempat peralihan dan menunggu;
e. tempat untuk mendapatkan udara segar
f. sarana penghubung satu tempat dengan tempat lainnya;
g. pembatas diantara massa bangunan;
h. sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan;
i. sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.
· Fungsi Ekologis
Fungsi ekologis dari ruang terbuka antara lain (ITS, 1976 :
a. penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro;
b. menyerap air hujan;
c. pengendali banjir dan pengatur tata air;
d. memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah;
e. pelembut arsitektur bangunan.
Contoh perilaku manusia pada open space plaza :
Plaza Cihampelas Walk
Cihampelas Walk merupakan sebuah pusat perbelanjaan di
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang plaza utama CiWalk. Plaza ini menjadi pusat aktivitas karena letaknya di antara bangunan-bangunan pusat perbelanjaan. Plaza utama ini merupakan plaza terluas dibandingkan plaza lainnya di CiWalk.
Spatio Temporal
Sebuah plaza yang baik adalah yang dapat menampung dan mewadahi segala aktivitas di dalamnya. Dengan aktivitas yang terjadi di dalamnya, maka sebuah space dapat dikatakan sudah menjadi place (tempat yang memiliki ruh/spirit kehidupan). Di CiWalk, plaza utamanya bisa dikategorikan pula sebagai spatio temporal, yaitu ruang yang bisa digunakan untuk berbagai fungsi yang berganti-ganti. Pada momen tertentu, plaza digunakan untuk kegiatan konser musik, bazar, dan pagelaran. Jika ada perayaan tertentu, plaza pun difungsikan dan didesain dengan tema perayaan tersebut, misalnya Lebaran, Tahun Baru, dan
Dalam kondisi biasa (tidak ada event tertentu), plaza lebih banyak difungsikan sebagai jalur lalu lalang yang hanya dilalui pengunjung untuk masuk ke dalam bangunan pusat perbelanjaannya.
Aktivitas Manusia
Banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan di plaza ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di plaza ini sering diadakan konser, bazar, pameran, festival, dan lain sebagainya. Pada momen-momen tersebut, biasanya plaza dirancang sesuai dengan konsep acaranya masing-masing. Sedangkan jika tidak ada acara khusus yang berlangsung, plaza ini biasanya berfungsi sebagai jalur sirkulasi, tempat menunggu orang, dan tempat duduk serta berdiskusi. Namun, terkadang open space ini kurang direncanakan dengan baik sehingga kurang memberikan rasa nyaman bagi manusia untuk melakukan aktivitas didalamnya.
Open Space Area Cihampelas Walk
Ruang Terbuka Hijau pada open space plaza
Keberadaan ruang terbuka hijau pada open space plaza sangatlah penting. Hal ini dikarenakan RTH membantu sirkulasi udara. Pada siang hari dengan adanya RTH, maka secara alami udara panas akan terdorong ke atas, dan sebaliknya pada malam hari, udara dingin akan turun di bawah tajuk pepohonan. Pohon, adalah pelindung yang paling tepat dari terik sinar matahari, di samping sebagai penahan angin kencang, peredam kebisingan dan bencana alam lain, termasuk erosi tanah. Maka dari itu, keberadaan RTH ini pada open space plaza sangatlah penting, karena dapat melindungi manusia yang sedang melakukan aktivitas di dalamnya seperti memberikan keteduhan saat sedang berjalan, menunggu orang, dan saat duduk santai maupun berdiskusi.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
a.
Yang memiliki fungsi sebagai tempat bermain, dengan dilengkapi elemen-elemen pendukung taman bermain antara lain ayunan, petung, dan sebagainya.
b.
Tiga nilai utama yang seharusnya dimiliki oleh ruang public agar menjadi ruang publik yang baik ialah ;
a. Ruang yang responsive
Artinya ruang public didesain dan diatur untuk melayani kebutuhan pemakainya. Selain itu ruang public menjadi suatu tempat menemukan hal-hal baru akan dirinya atau orang lain. Pada ruang public masyarakat juga dapat menemukan ide-ide baru, sehingga dapat dikatakan sebagai tempat mencari inspirasi.
b. Ruang yang demokratis
Ruang public harus dapat melindungi hak-hak kelompok pemakainya. Ruang public dapat dipakai oleh semua kelompok dan memberikan kebebasan bertindak bagi pemakainya sehingga untuk sementara mereka dapat memiliki ruang public tersebut. Ini berarti pada suatu ruang public, seseorang dapat bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan tetapi tetap memperhatikan batasan ( norma ) yang berlaku sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain.
c. Ruang yang mempunyai arti atau makna
Ruang public harus dapat memberikan pemakainya berhubungan kuat dengan ruang public itu sendiri, kehidupan pribadinya, dan dunia yang lebih luas. Ruang public yang memberikan arti seperti ini akan membuat masyarakat selalu ingin berkunjung ke
Kualitas ruang public dapat ditinjau dari dua pokok segi yaitu segi fisik dan non fisik. Beberapa criteria yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas seara fisik, antara lain :
§ Ukuran
Ruang terbuka yang ada harus sesuai dengan keputusan serta standar penyediaan sarana yang ada. Contoh misalnya kebutuhan pedestrian ways yang baik ialah sekitar2,5 sampai 4 meter sehingga pejalan kaki merasa bebas bergerak.
§ Kelengkapan sarana elemen pedukung
Kelengkapan saranan pendukung dalam suatu ruang public sangat menentukan kualitas ruang tersebut. Beberapa kelengkapan pendukung dalam suatu ruang public khususnya taman misalnya tempat duduk, papan anjuran, tempat sampah, dan lampu jalan atau taman.
§ Desain
Desain dalam suatu ruang public akan menunjang fungsi serta aktivitas di dalamnya.
§ Kondisi
Kondisi suatu sarana lingkungan akan sangat menentukan terhadapa kualitas yang ada. Di mana dengan kondisi sarana yang baik akan menunjang kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam menggunakan ruang public.
Sedangkan kualitas non fisik dapat dilihat melalui beberapa criteria, antara lain yaitu :
§ Kenyamanan ( comfort )
Yaitu ruang terbuka harus memiliki lingkungan yang nyaman serta terbebas dari gangguan aktifitas di sekitarnya.
§ Keamanan dan keselamatan ( safety and security )
Yaitu terjamin keamanan dan keselamatan dari berbagai gangguan ( aktifitas lalu-lintas, kriminalitas, dan lain-lain.
§ Kemudahan ( accessibility )
Yaitu kemudahan memperoleh pelayanan dan kemudahan akses transportasi untuk menuju ruang public tersebut.
Seni taman sebagai bagian dari Arsitektur ialah suatu bagian dari bidang seni yang berorientasi pada benda-benda hidup yang mempunyai evolusi yang tak henti-hentinya. Arsitektur Lansekap adalah perpaduan antara pengetahuan arsitektur dan perencanaan yang tidak hanya berbentuk gerombol penghijauan tapi juga meliputi pengerjaan konture, pembentukan kolam air, perencanaan jalan-jalan, menciptakan kerja antara benda hidup dan benda mati serta banyak lagi.
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung
manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot
kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi :
(a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan
(b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian
pemakaman, )
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi
a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan
b) bentuk RTH jalur (koridor, linear),
Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi
a) RTH kawasan perdagangan,
b) RTH kawasan perindustrian,
c) RTH kawasan permukiman,
d) RTH kawasan pertanian,
e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah.
Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi
a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh
2 biropembangunan.acehprov.go.id
pemerintah (pusat, daerah), dan
b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi lingkungan perkotaan yang rusak
adalah dengan pembangunan ruang terbuka hijau
ekosistem
beranekaragam manfaat. Manfaat ruang terbuka hijau diantaranya adalah sebagai berikut :
o Identitas Kota
Jenis tanaman dapat dijadikan simbol atau lambang suatu
Propinsi Sumatra Barat misalnya, flora yang dikembangkan untuk tujuan tersebut di atas adalah Enau
(Arenga pinnata) dengan alasan pohon tersebut serba guna dan istilah pagar-ruyung menyiratkan
makna pagar enau. Jenis pilihan lainnya adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii), karena
potensinya besar dan banyak diekspor dari daerah ini (Fandeli, 2004).
o Nilai Estetika
Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan
akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut
pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan
RTH terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan RTH
karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan (Tyrväinen, 1998).
o Penyerap Karbondioksida (CO2)
RTH merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang
dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai
akibat menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun
RTH untuk membantu mengatasi penurunan fungsi RTH tersebut. Jenis tanaman yang baik sebagai
penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah damar (Agathis alba), daun kupukupu
(Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan
beringin (Ficus benjamina). Penyerapan karbon dioksida oleh RTH dengan jumlah 10.000 pohon
berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson and
McPherson, 1999).
o Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi tingkat erosi,
menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah. Pada musim hujan laju aliran
permukaan dapat dikendalikan oleh penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau
3 biropembangunan.acehprov.go.id
potensi air tanah yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di perkotaan. RTH dengan
luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke
dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (Urban Forest Research, 2002).
o Penahan Angin
RTH berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 – 80 % ( Hakim
dan utomo, 2004 ). Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain RTH untuk menahan
angin adalah sebagai berikut :
a. Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang
b. Memiliki jenis perakaran dalam.
c. Memiliki kerapatan yang cukup (50 – 60 %).
d. Tinggi dan lebar jalur hutan
diinginkan.
musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50 persen
energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada musim
panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan kesejukan di dalam ruangan
(
o Ameliorasi Iklim
RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk menurunkan suhu pada waktu siang
hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi
balik (reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari suatu RTH sangat dipengaruhi oleh
panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan
cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak
ditumbuhi oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh RTH adalah kelembaban.
Pohon dapat memberikan kesejukan pada daerah-daerah
panas matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini akan menghasilkan suhu
udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Penanaman pohon pada suatu
areal akan mengurangi temperature atmosfer pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service
Publications, 2003. Trees Modify Local Climate, 2003).
o Habitat Hidupan Liar
RTH bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan keanekaragaman hayati yang
cukup tinggi. Hutan
menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang
lainnya (Forest Service Publications, 2003. Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and
Plant Diversity, 2003).
4 biropembangunan.acehprov.go.id
Pada dasarnya, penataan ruang bertujuan agar pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan,
pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya dapat terlaksana, dan pemanfaatan
ruang yang berkualitas dapat tercapai. Upaya penataan ruang juga dilakukan untuk menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya.
Pengembangan tata ruang ditujukan untuk memberikan hasil yang sebesar besarnya dan bermanfaat
bagi kesejahteraan masyarakat, pendekatan yang akan dikembangkan mencakup dua hal :
¨ Pengaturan pemanfaatan ruang yang adil untuk masyarakat
¨ Memelihara kualitas ruang agar lestari dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya.
Di dalam Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 tahun 2007 pasal 29 ayat (2) dijelaskan bahwa
proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus
dapat meningkatkan nilai estitika
hijau di
bangunan gedung miliknya.
Tujuan perencanaan tata ruang wilayah
berkualitas, serasi dan optimal, sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan daerah serta sesuai dengan
kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung lingkungan. Fungsi rencana tata ruang wilayah
1. Sebagai penjabaran dari rencana tata ruang provinsi dan kebijakan regional tata ruang lainnya.
2. Sebagai matra ruang dari pembangunan daerah.
3. Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah
4. Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah
kawasan serta keserasian antar sektor.
5. Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta.
6. Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan.
7. Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang
8. Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar.
Lebih jauh, rencana tata ruang
pelaksanaan program pembangunan di wilayah
• Bagi departemen/instansi pusat dan pemerintah provinsi, digunakan dalam penyusunan
program-program dan proyek-proyek pembangunan
terkoordinasi dan terintegrasi.
• Bagi pemerintah
pembangunan
5 biropembangunan.acehprov.go.id
• Bagi pemerintah
swasta, digunakan sebagai acuan dalam perijinan pemanfaatan ruang serta pelaksanaan kegiatan
pembangunan di wilayah
Materi dalam rencana tata ruang
Tujuan pemanfaatan ruang wilayah
pertahanan kemanan, yang meliputi:
a. Tujuan pemanfaatan ruang
b. Konsep pembangunan tata ruang
c. Strategi pembangunan tata ruang
Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
a. Rencana struktur tata ruang, yang berfungsi memberi arahan kerangka pengembangan wilayah,
yaitu:
- Rencana sistem kegiatan pembangunan
- Rencana sistem permukiman perdesaan dan perkotaan
- Rencana sistem prasarana wilayah
b. Rencana pola pemanfaatan ruang, yang ditujukan sebagai penyebaran kegiatan budidaya dan
perlindungan.
Rencana umum tata ruang wilayah, meliputi:
a. Rencana pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
b. Rencana pengelolaan kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan tertentu.
c. Rencana pembangunan kawasan yang diprioritaskan.
d. Rencana pengaturan penguasaan dan pemanfaatan serta penggunaan ruang wilayah.
Pengendalian merupakan upaya-upaya pengawasan, pelaporan, evaluasi dan penertiban terhadap
pengelolaan, penanganan dan intervensi sebagai implementasi dari strategi pengembangan tata ruang
dan penatagunaan sumber daya alam, agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang sesuai
dengan perwujudan rencana tata ruang
Berdasarkan uraian tersebut, maka rencana tata ruang merupakan suatu rencana yang mengikat semua
pihak, yang berbentuk alokasi peruntukan ruang di suatu wilayah perencanaan. Rencana tata ruang
dengan demikian merupakan keputusan publik yang mengatur alokasi ruang, dimana masyarakat,
swasta dan pemerintah perlu mengacunya. Oleh karena itu, suatu rencana tata ruang akan dimanfaatkan
untuk diwujudkan apabila dalam perencanaannya sesuai dan tidak bertentangan dengan kehendak
seluruh pemanfaatnya serta karakteristik dan kondisi wilayah perencanaannya, sehingga dapat
digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang bagi para pemanfaatnya.
6 biropembangunan.acehprov.go.id
Yulia Eka Putrie & Nunik Junara
Pada kota-kota dengan penduduk yang multikultural, permasalahan lingkungan hidup acap kali berkaitan dengan meningkatnya jumlah pendatang dan kurangnya rasa memiliki dari masyarakat pendatang terhadap
Pendahuluan
Perkembangan setiap
Pada kota-kota dengan penduduk yang multikultural inilah, permasalahan lingkungan hidup acap kali berkaitan dengan meningkatnya jumlah pendatang. Meningkatnya jumlah pendatang seringkali tidak terprediksi sebelumnya oleh pemerintah
Di balik fenomena-fenomena fisik yang dipaparkan di atas, ternyata terdapat pula banyak faktor nonfisik, di antaranya faktor psikologis, yang menyebabkan permasalahan lingkungan hidup di
Lebih jauh, kesalahan dalam penanganan masalah-masalah nonfisik ini dapat meniadakan hubungan emosional antara para penduduk pendatang dengan
Secara keseluruhan, seluruh permasalahan lingkungan hidup di atas akan berkaitan pula dengan citra
Untuk itu, penyediaan RTH sebagai salah satu jalan penyelesaian permasalahan lingkungan hidup, selain mempertimbangkan faktor-faktor fisik, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor psikologis penduduk yang multikultural ini. Pertimbangan-pertimbangan psikologis ini meliputi perilaku keruangan (territoriality) dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (basic human needs). Dari sudut pandang psikologi arsitektur, faktor-faktor psikologis yang tidak kasat mata ini justru berpengaruh besar terhadap keberhasilan perancangan arsitektur. Karena itu, pendekatan psikologi arsitektur dapat dijadikan salah satu alternatif dalam perancangan RTH di
Pembahasan
Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa poin penting dalam aspek psikologis manusia yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup yang dihadapi oleh kota-kota multikultural. Dari teori-teori teritorialitas, diketahui bahwa personalisasi pada suatu teritori, walaupun teritori itu bukan hak milik secara mutlak, akan memberikan kesempatan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan mereka akan citra diri dan pengakuan dari orang lain. Sementara itu, dari paparan tentang kebutuhan dasar manusia diketahui bahwa secara umum, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis berupa kebutuhan fisiologis (physiological needs), keamanan (safety), rasa memiliki (belongingness), penghargaan (esteem), dan aktualisasi-diri (self-actualization). Tiga di antaranya, yaitu rasa memiliki, penghargaan dan aktualisasi-diri merupakan faktor yang sangat signifikan dalam membentuk kesadaran manusia secara persuasif.
Melalui pemahaman akan pentingnya pendekatan psikologi arsitektur ini, pemerintah dapat lebih bertindak sebagai pendorong dan pengarah, dibandingkan bertindak sebagai pengatur dan pemaksa. Peraturan-peraturan pemerintah yang sebagian besar bersifat fisikal harus didukung pula dengan tindakan-tindakan persuasif berdasarkan pemahaman akan kondisi psikologis para penduduknya. Telah jamak terjadi di berbagai negara, tindakan-tindakan anarkis dan defensif dari penduduk sebagai buah dari tindakan-tindakan represif pemerintahnya. Buruknya hubungan antara pemerintah dengan penduduk ini pada gilirannya mengakibatkan buruknya citra
Sebaliknya, dengan pendekatan yang persuasif, pemerintah dapat menanamkan rasa bangga dan ikut memiliki kepada masyarakat pendatang. Pengetahuan-pengetahuan akan pentingnya teritorialitas, personalisasi dan kebutuhan psikologis berupa rasa memiliki, penghargaan dan aktualisasi-diri, seperti dipaparkan di atas, semestinya merupakan bekal yang sangat berharga dalam pendekatan yang persuasif ini. Ketika para penduduk merasa cukup dihargai, didengarkan dan diberi kesempatan untuk turut memperbaiki
Salah satu contoh aplikasi konsep ini adalah dengan lomba taman yang tampaknya sederhana. Pemerintah dapat bertindak selaku pencetus diadakannya lomba semacam ini, sekaligus sebagai pengatur RTH yang tersedia. Masyarakat asli dan pendatang dapat berperan melalui paguyubannya masing-masing untuk menampilkan segi-segi positif yang dibawa dari daerah asal mereka pada RTH yang disediakan. Tentu saja, pemerintah harus tetap melakukan pengawasan agar segi-segi positif itu tidak malah menyinggung atau merendahkan daerah lainnya.
Salah satu contoh
Dampak positif yang dapat diamati dari aplikasi pendekatan psikologi arsitektur pada lomba taman di atas adalah seluruh penduduk, baik asli maupun pendatang, dapat menyaksikan bahwa masyarakat pendatang telah ikut berpartisipasi dalam pemeliharaan lingkungan
Di balik semua itu, tentu pada konsep dan pendekatan ini terdapat kekurangan-kekurangan yang harus pula dipaparkan. Namun demikian, pemaparan kekurangan-kekurangan dari konsep dan pendekatan ini diharapkan dapat memacu lahirnya konsep-konsep dan pendekatan-pendekatan yang jauh lebih baik di kemudian hari. Selain itu, kekurangan-kekurangan itu diyakini bukan tanpa jalan keluar. Pemaparan ini dimaksudkan pula sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk mencari jalan keluar dari kekurangan-kekurangan itu sendiri.
Kekurangan pertama adalah kemungkinan berlebihnya keinginan dari masing-masing penduduk pendatang untuk menonjolkan kelebihan dirinya sendiri. Hal ini dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat di antara para penduduk pendatang itu. Walaupun begitu, adanya pendampingan yang intensif dari pemerintah dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan semacam itu.
Kekurangan kedua adalah adanya kemungkinan berbedanya kemampuan masing-masing paguyuban untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung diadakannya lomba taman ini. Ketidakmampuan pemerintah untuk dapat mendorong kreativitas mereka dalam kondisi yang terbatas itu dapat berimbas pada makin inferiornya mereka terhadap kelompok masyarakat pendatang lainnya. Dengan demikian, pemerintah diharapkan dapat mendorong kreativitas itu dengan motivasi-motivasi yang tepat, serta dapat pula memberikan bantuan dana kepada setiap paguyuban peserta lomba.
Ketiga, adanya kemungkinan menurunnya semangat masing-masing paguyuban pada saat pemeliharaan pasca-lomba. Hal ini, salah satunya dapat diatasi dengan pengalihan pemeliharaan kepada instansi terkait yang memang bertanggung jawab dalam pemeliharaan taman dan ruang terbuka hijau di
Selain salah satu contoh penerapan pengetahuan psikologi arsitektur di atas, tentu masih banyak lagi alternatif perancangan RTH dengan pendekatan ini. Hal ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh masing-masing pemerintah
Penutup
Dari paparan panjang di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai aplikasi pendekatan psikologi arsitektur dalam konsep perancangan ruang terbuka hijau (RTH), khususnya pada kota-kota multikultural, sebagai berikut:
Sumber :
http://enggie-architect.blogspot.com/2008/09/tinjauan-teori-ruang-terbuka-open-space.html
http://saannisa.wordpress.com/2010/01/05/plaza-cihampelas-walk/
http://itja.wordpress.com/2009/02/19/ruang-terbuka-hijau/
http://www.metrodcliving.com/urbantrekker/2008/10/outside-in-spri.html