Senin, 21 Februari 2011

Manusia dan Kebudayaan

Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.

Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatulingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
1. Phisical Environment yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora, fauna, iklim dan sebagainya.
2. Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisanya seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai.
3. Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
4. Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
5. Out Carries Produc, Meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Proses Dan Perkembangan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melaui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalamhal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Suatu kelompok dalam kelompok sosialbisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalah artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat bertolak belakang dengan budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di masyarakat. Sekali lagi yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.

Problematika Kebudayaan
Seiring dengan perkembangannya, kebudayaan juga mengalami beberapa problematika atau masalah masalah yang cukup jelas yaitu :
1. Hambatan budaya yang ada kaitannya dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan sudut pandang atau persepsi.
3. hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
4. Masyarakat terpencil atau terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat lainnya.
5. Sikap Tradisionalisme yang berprasangaka buruk terhadap hal-hal yang baru
6. Mengagung-agungkan kebudayaan suku bangsanya sendiri dan melecehkan budaya suku bangsa lainnya atau lebih dikenal dengan paham Etnosentrisme.
7. Perkembangan Iptek sebagai hasil dari kebudayaan.

Perubahan Kebudayaan
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Adalima penyebab terjadi perubahan kebudayaan yaitu:
1. Perubahan lingkungan alam
2. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan kelompok lain
3. Perubahan karena adanya penemuan (discovery)
4. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
5. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsisuatu pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.

Manusia Dan Cinta Kasih

Cinta…
Jika kita dengar kata – kata itu maka akan teringat pada satu definisi dasar yang berhubungan dengan persaan yang mungkin dapat mengingatkan kita pada seseorang yang memilki arti khusus dalam diri atau hidup kita. Persaan itu “Cinta” pasti akan datang pada diri setiap manusia ditampik atau tidak. Nurani setiap manusia pasti akan mengakui tentang perasaan yang satu itu ”Cinta” hanya saja mulutlah yang berkata bohong.
Cinta hanya datang pada mahluk Tuhan yang bernama manusia karena pada diri setiap diri manusia akan selalu diimbangi oleh akal dan nafsu. Dan cinta tidak akan pernah datang pada mahluk Tuhan lainnya karena mereka “Mahluk Tuhan Selain manusia” hanya memilki nafsu saja atau bahkan tidak sama sekali. Sebagai contoh sederhana malaikat, ia hanya memilki kebaikan saja dan selalu beribadah pada Tuhan begitu pula Iblis yang hanya memilki nafsu keburukan “menghasut dan selalu mengajak kita “manusia” agar mengikuti jalannya”. Kebaikan dan keburukan tersebut dapat dikategorikan kedalam nafsu atau emosionalitas. Pada binatang dan tumbuhanpun demikan. Hewan atau binatang hanya memilki nafsu dan bukan cinta karena pada hewan atau binatang didak disertai akal dan nurani.
Perasaan yang berawal dari pandangan mata hingga turun kehati merupakan bagian dari hidup dan kehidupan manusia, yang esensinya dapat melahirkan kreatifirtas dan cipta atau hasil karya melalui proses akhir, yaitu tanggung jawab. Cinta pada dasarnya dapat dikatakan sebagai budaya yang menggunakan perasaan serta akal sehat.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang dituangkan dalam goresan kertas dan kanvas seperti seni lukis dan gambar.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang memadukan irama dan nada dalam satu dinamisasi yang dikenal sebagai lagu dan seni musik.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni melalui goresan pena yang disebut sajak, pantun atau novel.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang menggabungkan antara medidisasi nada dan goresan pena yang melahirkan drama, film dan lain sebagainya.
Dan dari sebuah cintalah dapat melahirkan tanggung jawab, baik pada pasangan atau orang yang kita cintai atau pada lainnya, maka
Dari sebuah cintalah terlahir manusia – manusia baru yang menghuni semesta kita ini.
Ungkapan yang ditimbulkan dari satu kata cinta tentulah tidak dapat dilepaskan dari suatu media perantara yang dapat menggambarkan dan memvisualisasikan serta mendefinisikan tentang perasaan “Cinta” tersebut, baik melalui alat komunikasi “bahasa” yang melahirkan sajak, puisi dan lain sebagainya atau bahkan yang meng-irama-kan nada dan shimpony.
Jika kita berbicara mengenai cinta maka itupun tidak dapat dipisahkan dengan unsur – unsur seni dan kebudayaan yang ada. Cinta sama dengan budaya yaitu suatu rasa, karya dan karsa.
Cinta bukanlah suatu monopoli orang dewasa saja tetapi cinta juga dapat hadir pada anak kecil tanpa memandang siapa, dari mana, warna kulit dan lain sebagainya. Karena cinta pada dasarnya merupakan suatu rasa yang sangat sulit untuk diungkapkan, baik dengan kata atau nada. Cinta itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari kasih dan sayang karena keduanya “antara kasih dan sayang” merupakan aplikasi lanjutan atau esensi dari sebuah kata cinta melalui beberapa kata dalam bentuk kasih, sayang, pemujaan dan lainnya yang kesemuanya akan dibalut dalam satukata tingkat tinggi, yaitu tanggung jawab.
Cinta itu sendiri memilik unsur – unsur yang mempengaruhinya. Dengan kata lain penunjang sebagai pembuktian dari pengorbanan karena cinta syarat akan pengorbanan. Seperti ; Tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, pengertian saling percaya dan terbuka dan masih banyak lagi.
Muhamad Iqbal. eorang philosof Pakistan mengatakan tentang cinta. Cinta dimata Iqbal memiliki dimensi spiritual yang dinamakan Isyq-o muhasbat yang memberikan daya kreatifitas yang hidup dan sebagai berdirinya suatu pribadi dan kepribadian. Dimana cinta menduduki urutan pertama dalam tariqh (suatu jalan, cara atau ikhtiar) hingga menuju penyempurnaan diri dan pensucian hati. Cinta menurutnya juga merupakan stasiun terakhir yang terletak pada Tuhan yang bersifat fundamental.
Definisi tepat yang dapat menggambarkan tentang cinta sangatlah sulit untuk dijelaskan secara terperinci dan sempurna, karena jika api cinta sudah berlobar maka akan sangat sulit untuk dipadamkan. Cinta merupakan kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan fungsi – fungsi kecerdasan emosional dan secara spiritualitas dapat menembangkan potensi – potensi orang yang sedang mengalaminya.

”Cinta” sebuah nama yang sering dibicarakan orang, dari yang muda sampai yang tua. Banyak manusia mengatas namakan cinta untuk setiap prilakunya. Tapi apakah mereka mengerti apa makna di balik sebuah kata ”cinta”.
”Cinta” memang sebuah nama yang sangat simple dan mudah untuk diucapkan. Tapi tahu kah apa arti dari cinta tersebut. Sebuah fenomena yang luar biasa. Membuat yang sedih menjadi ceria, jahat menjadi baek, peperangan menjadi perdamaian, kebencian menjadi persaudaraan, pahit menjadi manis, luka menjadi sembuh, sakit menjadi sehat. Semua itu atas nama cinta. Dan ketika kata ”Cinta disalah gunakan maka kejadiannya juga bakal sebaliknya.
Cinta juga bisa berasal dari obsesi untuk mendapatkan sesuatu. Tapi itu bukan cinta, ia hanyalah alat untuk mendapatkan objek itu. Kata ”Cinta” mempunyai makna yang universal. Setiap insan mempunyai tanggapan sendiri tentang arti cinta. Dan setiap insan juga punya cara sendiri untuk mencintai.
Apa arti cinta itu sebenarnya? Cinta adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan simpati kita kepada seseorang. Kata cinta juga diberikan dari kita kepada Sang Pencipta, sebagai tanda kalau kita amat membutuhkan dan menyanjungnya. Rasa cinta yang kita berikan menunjukkan bahwasanya kita sangat menyukainya dan ingin bersamanya. Kecemburuan sering terjadi jika seseorang yang kita cintai bersama oranglain. Itulah cinta, satu nama seribu makna
Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.


Cinta Kasih Kepada Sesama Manusia


Cinta kepada sesama adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
1. Knowledge (pengenalan)
2. Responsibilty (tanggung jawab)
3. Care (perhatian)
4. Respect (saling menghormati)
Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan..
skPara pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit. Antara lain mereka membedakan cinta terhadap sesama manusia dan yang terkait dengannya menkadi:
1. Cinta terhadap keluarga
2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia
3. Cinta yang romantis atau juga disebut asmara
4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu atau cinta eros
5. Cinta sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisme
7. Cinta akan sebuah konsep tertentu
8. Cinta akan negaranya atau patriotisme
9. Cinta akan bangsa atau nasionalisme
Cinta antar pribadi manusia menunjuk kepada cinta antara manusia mempunyai beberapa undur yang sering ada dalam cinta antar pribadi tersebut yaitu
Afeksi: menghargai orang lain
Ikatan: memuaskan kebutuhan emosi dasar
Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain
Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan
Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta
Keintiman emosional: berbagia emosi dan rasa
Kinship: ikatan keluarga
Passion: nafsu seksual
Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain
Self-interest: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi
Service: keinginan untuk membantu

Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam menentukan bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah ikatan baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam beberapa ikatan cinta. Dalam banyak agama dan sistem etik hal ini dianggap salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat, anak, atau diluar hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan hobby yang sama sangat biasa dalam berteman dan saudara di seluruh manusia.


A. PENGERTIAN CINTA KASIH
1. Arti Cinta Kasih
Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan. Belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.
Apabila dirumuskan secara sederhana, cinta ksih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.
2. Ungkapan Cinta Kasih
Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan tingkah laku, seperti dengan kata-kata, tulisan, gerak, atau media lainnya. Ungkapan dengan kata-kata atau pernyataan, misalnya ungkapan. Aku cinta padamu. Ungkapan dengan tulisan, misalnya surat cinta, surat ibu kepada putrinya. Ungkapan dengan gerak, misalnya salaman, pelukan, ciuman dan rangkulan. Ungkapan dengan media, misalnya setangkai bunga, benda suvenir dan benda kado. Ungkapan-ungkapan ini selain dalam bentuk nyata, juga dalam bentuk karya budaya. Misalnya seni suara, seni sastra, seni drama, film, dan seni lukis.
Orang yang mempunyai perasaan cinta kasih, hidupnya penuh gairah, banyak inisiatif, dan penuh kreatif. Bagi seniman perilaku cinta kasih dituangkan dalam bentuk karya budaya sehingga dapat dinikmati pula oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat memetik nilai-nilai kemanusiaan yang terungkap melalui karya budaya itu.

B. PENGERTIAN KASIH SAYANG
Kata kasih dan sayang itu mengandung pengertian yang sangat luas. Dan yang pasti setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih sayang yang sebenarnya, sekaligus memilikinya di dalam sanubari. Seseorang akan terlanda kekeringan jiwa jika hidup tanpa memiliki kasih maupun sayang. Apapun yang terjadi, pasti dia akan selalu ingin cintai sekaligus mencintai orang lain. Dari pertama kali lahir di dunia sampai ajal menjemput.
Yang dimaksud dengan kasih dan sayang di sini bukan sekadar hubungan cinta atau asmara antara seorang laiki-laki dan perempuan saja. Namun lebih bersifat universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi daripada menerima. Kepentingan diri sendiri sering dinomor duakan demi memberi kebahagiaan pada orang yang dikasih dan disayanginya.
Kekuatan Dari Kasih dan Sayang
Kasih, sayang dan cinta. Itu semua adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kita semua. Tujuannya untuk menciptakan kehidupan damai di dunia agar selalu diliputi dengan ketentraman. Untuk itulah setiap orang perlu mengerti makna kasih sayang agar bisa saling menghargai kepribadian dari orang lain, meski dia punya perbedaan dengan kita.
Karena dari sinilah akan tercipta keharmonisan yang aman serta penuh kemesraan. Setelah itu akan muncul daya cipta yang terwujud dalam bentuk cinta, baik cinta kepada sesama manusia, lingkungan dan Sang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Menciptakan Rasa Kasih dan Sayang Dalam Keluarga
Agar di dalam suatu keluarga bisa tercipta rasa saling sayang dan mengasihi, maka masing-masing anggota keluarga harus selalu berusaha menciptakan kebahagiaan bagi anggota keluarga yang lain. Ibu memberi rasa sayang pada bapak dan anaknya, kemudian bapak mencurahkan semua perhatian pada istri dan keturunannya. Sedangkan anak bisa memberikan rasa cinta dan hormatnya pada kedua orang tuanya.
Hal ini akan menyuburkan perasaan saling terikat antara satu dan yang lain dan menjadi kesatuan yang tak terpisahkan. Apa yang menjadi kesedihan bagi salah satu anggota keluarga, maka akan menjadi kesedihan bagi semuanya. Demikian pula bila ada yang mendapat kebahagiaan, maka semua bisa ikut merasakan kebahagian yang menjadi milik bersama itu.
Ini semua bisa terlaksana bila setiap anggota keluarga, terutama pihak orang tua bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anaknya. Karena sang anak sejak dia lahir selalu ikut orang tua, maka secara mental dia juga menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam menjalani hidupnya.
Orang tua yang baik dan mengerti akan makna kasih sayang pasti akan mengajari anaknya tentang bagaimana cara mengasihi dan menghormati anggota keluarganya dan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dan yang tidak kalah penting adalah juga selalu berusaha menghilangkan rasa benci dan dendam bila terjadi permasalahan di antara mereka.
Hidup akan terasa indah bila kita selalu diliputi dengan saling mencinta, saling memberi kasih dan saling menyayangi tanpa memandang perbedaan baik itu warna kulit, agama, kehidupan sosial, ekonomi dan lain-lain.

C. PENGERTIAN BELAS KASIH

Belas kasih (composian)adalah kebajikan -satu di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi prinsi-prinsip dalam filsafat, masyarakat, dan kepribadian .

Ada aspek belas kasih yang menganggap dimensi kuantitatif, seperti individu belas kasih yang sering diberi milik kedalaman,kekuatan atau gairah .

Lebih kuat dari empati , merasakan umumnya menimbulkan aktif keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain. Hal ini sering, meskipun tidak pasti, komponen kunci dalam apa yang memanifestasikan dalam konteks sosial .Dalam etika istilah, berbagai ungkapan bawah usia yang disebut Golden Rule mewujudkan oleh implikasi prinsip kasih sayang: untuk orang lain apa yang Anda ingin mereka lakukan untuk Anda


D. WUJUD CINTA KASIH
Adanya beberapa macam wujud cinta kasih, yaitu sebagai berikut :
a. Cinta kasih antar orang tua dan anak. Orang tua yang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap anak. Mereka selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian hari.
b. Cinta kasih antara pria dan wanita. Seseorang pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis dengan perilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
c. Cinta kasih antara sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung ke rumah kawannya yang sedang sakit dan membawa obat kepadanya berarti bahwa sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sakit itu.
d. Cinta kasih antara manusia dan Tuhan. Apabila seorang taat beribadah, menurut perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, orang itu mempunyai cinta kasih kepada Tuhan penciptanya.
e. Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman yang indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya, menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan secara semena-mena atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan hidupnya.
Demikianlah, berbagai contoh perilaku manusia yang melukiskan cinta kasih sebagai kebutuhan kodrati manusia.

Minggu, 13 Februari 2011

PENGENALAN KONSEP KONSERVASI ARSITEKTUR BALI



Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah:
• Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga
• Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala
• Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu
• Konsep proporsi dan skala manusia
• Konsepcourt, Open air
• Konsep kejujuran bahan bangunan

Tri Angga adalah konsep dasar yang erat hubungannya dengan perencanaan arsitektur, yang merupakan asal-usul Tri Hita Kirana. Konsep Tri Angga membagi segala sesuatu menjadi tiga komponen atau zone:
• Nista (bawah, kotor, kaki),
• Madya (tengah, netral, badan) dan
• Utama (atas, murni, kepala

Ada tiga buah sumbu yang digunakan sebagai pedoman penataan bangunan di Bali, sumbu-sumbu itu antara lain:
• Sumbu kosmosBhur,Bhuw ah danSw ah (hidrosfir, litosfir dan atmosfir)
• Sumbu ritual kangin-kauh (terbit dan terbenamnya matahari)
• Sumbu natural Kaja-Kelod (gunung dan laut)

Dari sumbu-sumbu tersebut, masyarakat Bali mengenal konsep orientasi kosmologikal, Nawa Sanga atau Sanga Mandala. Transformasi fisik dari konsep ini pada perancangan arsitektur, merupakan acuan pada penataan ruang hunian tipikal di Bali Bangunan Hunian Hunian pada masyarakat Bali, ditata menurut konsep Tri Hita Karana. Orientasi yang digunakan menggunakan pedoman-pedoman seperti tersebut diatas. Sudut utara-timur adalah tempat yang suci, digunakan sebagai tempat pemujaan, Pamerajan (sebagai pura keluarga). Sebaliknya sudut barat-selatan merupakan sudut yang terendah dalam tata-nilai rumah, merupakan arah masuk ke hunian.
Pada pintu masuk (angku l -angkul ) terdapat tembok yang dinamakanaling- aling, yang tidak saja berfungsi sebagai penghalang pandangan ke arah dalam (untuk memberikan privasi), tetapi juga digunakan sebagai penolak pengaruh-pengaruh jahat/jelek. Pada bagian ini terdapat bangunanJi neng (lumbung padi) danpaon (dapur). Berturut-turut terdapat bangunan-bangunan bale tiang sangah, bale sikepat/semanggen dan Umah meten.
Tiga bangunan (bale tiang sanga, bale sikepat, bale sekenam) merupakan bangunan terbuka. Ditengah-tengah hunian terdapat natah (court garden) yang merupakan pusat dari hunian. Umah Meten untuk ruang tidur kepala keluarga, atau anak gadis. Umah meten merupakan bangunan mempunyai empat buah dinding, sesuai dengan fungsinya yang memerlukan keamanan tinggi dibandingkan ruang-ruang lain (tempat barang-barang penting & berharga).

A. DISKRIPSI DESA DI BALI
Tenganan Pegeringsingan adalah salah satu desa-desa kuno di Bali, yang dikenal sebagai Desa Bali Aga. Bali Aga sudah hidup di Bali jauh sejak sebelum kedatangan masyarakat Hindu Jawa yang mungkin dapat memberikan sedikit banyak pengaruh dan bentuk baru pada budaya Bali modern.
Desa Tenganan adalah salah satu desa kuno yang masih memiliki budaya dan tradisi asli. Tenganan sudah dilindungi sejak berabad-abad dari dunia luar dengan dinding-dinding yang mengelilingi desa tersebut. Desa Tenganan terletak di Bali Timur antara Klungkung dan permukiman Karangasem, sekitar 18 km dari kota Amlapura dan 66km sebelah Timur ibukota Bali Denpasar. Pada tahun 1997 Tenganan memiliki sekitar 300 penghuni. Tepatnya Desa Tenganan terletak di Perumahan Distrik Karangasem. Desa ini hanya dapat dicapai melalui satu akses jalan untuk kendaraan bermotor, dicapai dari jalan utama Klungkung-Karangasem atau dari Pantai Candi Dasa (pura tua di dalam area). Karangasem sendiri kaya akan ragam aturan kuno yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakatnya sehari-hari. Hal ini dapat ditemukan di dalam desa-desa yang mendapat pengaruh dari Jawa setelah abad 14.



Desa Tenganan Pegeringsingan adalah salah satu desa di Perumahan Karangasem, dan satu-satunya tempat di Indonesia dimana bahan tenun dobel ikat geringsing dibuat. Hal inilah yang menyebabkan desa ini akhirnya dikenal sebagai desa Tenganan Pegeringsingan – Desa Geringsing. Pada perayaan-perayaan khusus, terdapat banyak sekali ritual yang beragam dengan upacara tari-tarian bagi laki-laki dan perempuan,
Masyarakat Desa Tenganan Pegeringsingan mempunyai Hindu Indra atau aturan-aturan Hindu kuno, yang mempertimbangkan Dewa Indra sebagai Dewa tertinggi dalam orientasi kehidupan mereka sehari-hari menjadi obyek untuk disembah.




Kondisi-kondisi yang disebutkan di atas membawa masyarakat untuk membangun tempat tinggal mereka dan bangunan-bangunan fasilitas bersama dengan cara yang berbeda Arsitektur dan layout dari desa sangat berbeda, lebih lanjut banyak aturan-aturan yang berlaku di kehidupan masyarakat terlihat berbeda.
Secara administratif, Desa Tenganan Pegeringsingan mempunyai tiga kelompok masyarakat kecil yang dikenal sebagai Banjar Adat. Ketiga Banjar Adat tersebut adalah Banjar Kauh, Banjar Tengah dan Banjar Kangin/ Banjar Pande. Banjar Kangin/ Banjar Pande terletak di bagian timur dari desa, untuk mengalokasikan semua orang di dalam lingkungan masyarakat yang telah melakukan pelanggaran aturan tradisi dan budaya. Selanjutnya, area ini juga tertutup bagi pendatang-pendatang baru.
Pola lingkungan binaan yang sudah ada berisi semua kavling rumah dan tiga sirkulasi, yang mempunyai orientasi pada sirkulasi utama (di pusat Banjar Tengah). Tiga sirkulasi utama tersebut juga mempunyai fungsi sebagai ruang interaksi untuk sosialisasi. Koridor dan jalur sirkulasi, yang terjadi karena pola kavling rumah, membentuk pola jalan menuju jalur utama. Hal tersebut dapat dibedakan dengan skala dan dimensi jalan yang ada (jalan primer, sekunder dan tertier). Dari fungsinya, jalan tersebut dapat dibedakan sebagai ruang-ruang publik untuk aktifitas sosial, budaya dan ekonomi.




Dari pola eksisting fisik lingkungan binaan di dalam Desa Tenganan, terlihat jelas bahwa filosofi dasar dari arsitektur tradisional bali khususnya konsep dasar keseimbangan alam – Tri Hita Karana – adalah merupakan satu konsep yang memadukan keharmonisan tiga komponen yang dipengaruhi kehidupan sosial dan kebahagiaan.

B. TUJUAN PENUNJUKAN DAERAH KONSERVASI
Beberapa tahun sebelum peraturan tentang konservasi diperkenalkan, konsep konservasi ditekankan pada lingkungan manusia dan kebutuhan akan pendekatan secara komprehensif (Covarrubias, 1946). Untuk itu, saat ini konservasi tidak hanya memperdulikan obyek fisik saja, dan juga nilai-nilainya saja, namun juga menyangkut masalah sosial ekonomi dan fenomena budaya (Budihardjo, 1991). Melestarikan peninggalan arsitektur, di Indonesia dan Bali khususnya, tidak sesederhana seperti memberi warna atau meningkatkan secara estetika sebuah lingkungan dan kemudian meningkatkan penampilan visualnya. Konservasi adalah sebuah aktifitas yang menyebabkan sebuah perubahan komunitas dalam hal sosial, ekonomi, dan budaya dan kemudian menjadi masyarakat yang berkelanjutan.
Kunci dari hal ini adalah identifikasi dari nilai-nilai yang terbagi dan juga konsep yang ditangani oleh komunitas. Tugas yang paling penting dalam melestarikan peninggalan arsitektur Bali adalah menemukan konsep filosofi dasar dari arsitektur Bali. Ide yang harus digarisbawahi disini adalah bahwa konsep tersebut harus selalu digunakan walaupun dalam penerjemahannya akan berbeda-beda hasilnya seperti dalam hal bentuk fisik yang berbeda.
Dengan adanya ide tentang keharmonian antara yang lama dan yang baru, bangunan-bangunan yang berbeda saat mencoba untuk mempertahankan karakter individu masing-masing, mengkombinasikannya untuk membuatnya lebih baik dan total. Secara khusus, mencampurkan antara yang lama dan yang baru secara keseluruhan akan lebih baik daripada hanya menambahkan bagian-bagian. Kemudian, hal yang paling penting mungkin dapat menyerang keseimbangan tanpa mengkompromikan nilai-nilai tradisi yang relevan dan inovasi yang esensial.

Kemudian untuk memenuhi konsep konservasi, Bali harus memberi perhatian lebih pada pelestarian budaya, filosofi dan konsep serta ide dasar disain. Hal ini secara pasti akan mengawali pengaruh-pengaruh kuat untuk merubah yang tidak dapat dihindari ketika secara simultan masyarakat berusaha untuk mempertahankan semua hal yang bernilai baik dari masa lampau, yaitu tujuan paling penting dari konservasi. Satu dari program awal dari pemerintah lokal Bali adalah dengan menggulirkan Desa-desa tua di Bali yang mencoba untuk menjaga budaya aslinya (seperti Desa Penglipuran, Desa Tenganan dan Desa Trunyan) sebagai daerah konservasi di Bali.
Sebagai Desa Tua, Tenganan Pegeringsingan menjadi tempat yang menarik bagi turis yang pertama di Bali sejak Bali menjadi daerah turis di Indonesia (Department of Tourism Board, 1999). Selanjutnya, keunikan dari bentuk bangunan, pola-pola rumah, pola-pola desa dan pola kehidupan masyarakat Bali serta tradisi kuatnya menjadi nilai-nilai yang atraktif bagi turis asing untuk dating ke Desa Tua tersebut.
Tenganan Pegeringsingan terpilih menjadi daerah konservasi karena keasliannya, keunikannya dan tradisi serta budayanya. Masyarakat Tenganan memiliki aturan untuk melestarikan dan meningkatkan lingkungan di dalam desa tanpa harus merusak kehidupan mereka dan tanpa mempengaruhi secara negative nilai-nilai tradisional mereka.


DAFTAR PUSTAKA
About the Bali and Beyond Netsite. (1999). Http://www.balibeyond.com/
Alit, IK et al. (1986). Laporan Penelitian (Research Report). Pengaruh Teknologi
Modern Terhadap Perkembangan Arsitektur Tradisiona. University of Udayana. Bali. Indonesia.
Bali Paradise Online. (1999). Bali Paradise. Http://www.bali-paradise.com
Barnett, Winston and Cyril Winskell. (1977). A Study of Conservation. London:Routledge.
Bateson, G and Margaret Mead. (1942). Balinese Character: A Photographic Analysis. The New York
Academy of Sciences. United States of America.
Bhirawa, B et al. (1985). Jawa Bali, Sebuah Pengamatan Arsitektur. Studi Ekskursi
Jurusan Arsitektur, Universitas Indonesia. Jakarta. Indonesia.
Budihardjo, E. (1991). Conservation and Restoration. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Indonesia.
Budihardjo, E. (1997a). Kepekaan Sosio-Kultural Arsitek. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. Indonesia.
Budihardjo, E. (1997b). Arsitektur yang Berakar Tradisi. Djambatan. Jakarta. Indonesia.
Budihardjo, E. (1997c). Identitas Arsitektur dan Lingkungan. Karya Unipress. Jakarta.
Indonesia.
Budihardjo, E. (1997d). Konservasi Arsitektur Sebagai Warisan Budaya. Djambatan.
Jakarta. Indonesia.
Budihardjo, E. (1997e). Revitalisasi Pusat Kota Lama. Djambatan. Jakarta. Indonesia.
Budihardjo, E. (1997f). Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Djambatan. Jakarta.
Indonesia.
Budihardjo, E. (1997g). Preservation and Conservation of Cultural Heritage in
Indonesia.. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Indonesia.
Covarrubias, M. (1946). Island of Bali. London: Routledge.
Larkham, PJ. (1996). Conservation and the City. London: Routledge.
Sulistyawati. (1998). Konservasi Desa Kuno dalam Antisipasi Pariwisata. Dimensi
Teknik Arsitektur Vol. 25. LPKKM-Universitas Petra. Surabaya. Indonesia.
Sulistyawati. (1999). Design Guidelines of an Old Traditional Village in Anticipating
Tourism Impact. Universitas Udayana. Bali. Indonesia.